Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump langsung memerintahkan pemeriksaan ekstrem terhadap seluruh orang yang masuk ke AS, usai serangan teror di New York yang menewaskan 8 orang.
“Saya baru saja memerintahkan (Departemen) Keamanan Dalam Negeri untuk meningkatkan Program Pemeriksaan Ekstrem kita. Menjadi benar secara politik memang baik, tapi tidak untuk ini!” tegas Trump via kicauan Twitter-nya, seperti dilansir AFP dan Reuters, Rabu (1/11/2017). Sejak kampanye pilpres tahun 2016, Trump menggaungkan kebijakan yang lebih ketat terhadap imigran ilegal di AS, demi alasan keamanan. Trump juga selalu menyerukan ‘pemeriksaan ekstrem’ untuk setiap warga negara asing yang masuk ke wilayah AS.
Upaya Trump untuk melarang orang-orang dari sejumlah negara mayoritas muslim masuk ke AS, berhadapan dengan gugatan hukum yang kuat. Pekan lalu, pemerintahan Trump mengumumkan pihaknya akan kembali menerima pengungsi setelah larangan diberlakukan selama 120 hari sejak pertengahan tahun. Namun ada 11 negara yang dianggap ‘berisiko tinggi’ yang masih akan diblokir untuk masuk ke AS.
Sedikitnya 8 orang tewas dalam serangan teror di sepanjang Sungai Hudson, New York City, pada Selasa (31/10) waktu setempat. Pelaku serangan mengemudikan truk pikap hingga menabrak para pejalan kaki dan pesepeda di jalur sepeda sepanjang sungai. Dituturkan dua sumber penegak hukum, bahwa pelaku serangan diidentifikasi sebagai pria berusia 29 tahun asal Uzbekistan yang bernama Sayfullo Habibullaevic Saipov. Pelaku diketahui masuk ke AS sebagai imigran pada tahun 2010 lalu.
Saipov berhasil ditangkap setelah ditembak polisi di bagian perut. Motif penyerangan ini belum diketahui pasti. Namun sumber penegak hukum yang dikutip CNN dan New York Times melaporkan temuan catatan dari pelaku yang mengklaim aksinya ini dilakukan atas nama kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Sumber: Detik.com